"Enaknya hari ini posting apa ya di blog?"
Kalau sekarang sudah ngeblog bawaannya gitu deh setiap kali bingung mau isi blog dengan artikel apa. Habis gimana ya, kepala sudah terlalu penuh dengan angka-angka dan wajah-wajah sadis yang berkelebatan seharian tadi di kantor. Penginnya bobok manis manja aja sepulang dari tempat kerja :)
Cuma ya itu tadi, pertanyaan di atas selalu menghantui. Meski sering hanya menatap nanar laptop yang duduk manis di tempatnya, hati ini sering kebat-kebit sendiri. Bawaannya pengin posting melulu. Perang antara hasrat ingin nulis artikel dengan tubuh yang lunglai selalu saja terjadi. Jadi ini sudah prestasi banget ya bisa update saban hari. Semua gara-gara Teh Ani Berta ;) Terima kasih ya Teh, 'jamu' pelancar postingnya manjur.
Soal hasrat ingin menulis jadi inget semasa SMA dulu. Kalau jaman anak-anak SMA tahun 90 an ada tuh yang namanya majalah dinding (mading). Benar-benar serupa majalah berbahan kertas yang ditempelkan ke dinding gitu. Kalau anak sekarang apa masih ada mading ya? Madingnya pakai screen LED kali yak sekarang hihihiiii...
Jaman SMA dulu, setiap kelas digilir untuk memajang mading hasil karya mereka di tempat yang telah ditentukan. Aku keingetan banget nih hebohnya kelasku mempersiapkan naskah dan outline mading yang akan kami tampilkan. Rata-rata kelas lain seringnya menampilkan ramalan bintang di mading mereka. Dih, terlalu mainstream kan ya.
Lalu, kelasku menampilkan apa dong biar lain dari yang lain?
Waktu itu kami sekelas punya ide untuk membahas profil masing-masing guru yang mengajar. Nah, di sinilah apa yang orang bijak katakan sebagai "Genious ideas can kill you" benar-benar kejadian.
Emang kenapa sih kok segitunya amat?
Idenya sih sederhana, bercerita yang asyik-asyik tentang guru-guru yang mengajar kami. Hanya saja, yah, namanya juga abege ya, eksekusinya itu suka kebablasan. Berkat mading kami yang extraordinary itu guru mata pelajaran geografi ngambek mengajar sampai seminggu.
Sebagai murid teladan tentu saja aku resah dan gelisah gara-gara ini. Aku suka belajar, jadi gimana dong kalau gurunya tidak mau mengajar. Aku bisa sakau. *turuuuun...turuuuuuunn...
Lain halnya dengan teman-temanku yang bahagia sekali ada jam kosong. Paling dikasih tugas ini itu, ngerjainnya juga bisa sambil contek-contekan wong gurunya enggak nungguin. Kondisi ini tidak berlangsung lama karena wali kelas kami yang sangarnya tujuh turunan sudah mulai investigasi.
Beliau menanyakan kepada guru yang bersangkutan kenapa tidak mau mengajar lagi di kelas kami. Tau nggak bu guru geografi jawab apa? "Saya mau jual gorengan saja, nggak mau ngajar."
Waktu wali kelas menyampaikan ini ke murid-murid, tentu saja aku dan teman-temanku hanya bisa menahan tawa. Mana berani ngakak di depan wali kelas yang galak. Sampai mules-mules deh waktu itu dinasehati agar menjadi anak yang sopan, tidak kurang ajar sama guru, belajar yang benar nggak usah suka nyelinap-nyelinap beli gorengan ke kantin.
Bahahahaa... Iya, dulu memang kami sekelas bandel banget. Di ruang kelas yang kutempati bersama teman-teman, ada 2 pintu besar yang menjadi akses keluar masuk. Pintu utama tentu saja di bagian depan, adapun satu lagi pintu yang hanya bisa dibuka separuh berada di bagian belakang, tepat sejajar dengan dinding dan area berkumpulnya para jagoan jajan :) Kebetulan ibu guru yang mengajar geografi ini kalau mengajar suka nggak merhatiin murid-muridnya. Asyik saja memberikan catatan dengan mendikte ataupun menulis di papan tulis. Ya gitu deh, ada oknum-oknum yang hobi menyelinap ke kantin, balik-balik ke kelas sudah bawa gorengan 1 plastik penuh.
Herannya ya, si ibu guru kok ya tidak mencium aroma ini. Anak-anak sekelas pada kunyah-kunyah gitu ya bisa-bisanya loh beliau tidak tau. Yang terlalu gurunya apa muridnya siiiihhh.... Hanya di kelas geografi saja kami berani begitu, kalau pas pelajaran yang lain enggak berani.
Nah, di majalah dinding itulah semua fakta akhirnya terkuar gara-gara kealayan kami sekelas. Menulis "asyik loh kalau pas pelajaran geografi, serasa di kantin deh, gorengannya anget dan bergizi" kok ya enteng sekali waktu itu. Mungkin saat itu kami berpikir paling bu guru geografi nggak bakalan nengokin mading. Ternyata apes banget deh, si ibu beneran baca waktu itu.
Jadi deh akhirnya kami sekelas meminta maaf kepada bu guru tersebut dan berjanji untuk tidak mengulang kembali.
Beneran nggak ngulangi lagi?
Biarlah hanya kami dan Tuhan yang tau ya ;)