Tolong... saya butuh pernapasan buatan...
Kalimat di atas sering banget dijadikan bahan candaan ketika seseorang ingin flirting dengan lawan jenis. Aku pun sering terbahak-bahak mendengar kalimat itu. Bahkan lebih parahnya lagi malah ikut-ikutan melakukan candaan tersebut. Tentu saja beraninya hanya pada suami sendiri lah.
Faktanya, ada kondisi yang sangat urgent terkait dengan pernapasan buatan tersebut. Ada beberapa kondisi tak terduga yang membuat seseorang membutuhkan bantuan tersebut.
Hal tersebut kuketahui ketika pada bulan November lalu mengikuti Media Gathering yang diadakan oleh Dinas Kesehatan Kota Semarang. Pada tanggal 23-24 November 2018 para blogger dan jurnalis berada di Hotel Atria Magelang untuk mengikuti desimenasi informasi kesehatan.
Apa saja yang penting untuk dicatat dari acara media gathering tersebut?
Bantuan Hidup Dasar
Balik lagi seputar pembelian napas buatan tadi, di acara kali ini para blogger dan jurnalis diperkenalkan pada metode Resusitasi Jantung Paru (RJP).
Metode tadi merupakan salah satu cara dalam pelaksanaan Bantuan Hidup Dasar. BHD dilakukan sebagai upaya mengembalikan napas seseorang yang sempat terhenti. Orang tesebut dapat terancam jiwanya saat otak dan jantung tidak mendapatkan oksigen selama 3 hingga 8 menit.
Ih ngeri yaaa... Padahal berhentinya napas dan jantung seseorang ini bisa terjadi karena banyak faktor.
Napas dan jantung bisa terhenti saat terjadi beberapa hal berikut ini :
- tenggelam
- stroke
- benda asing di saluran pernapasan
- menghirup asap
- epiglotitis : pembengkakan dan peradangan katup yang ada di belakang pangkal lidah yang berfungsi untuk menutupi batang tenggorok
- overdosis obat
- cedera
- tersengat listrik
- koma
- infark miokard akut / serangan jantung
Duh, kalau serumit itu penyebabnya, bukankah sebaiknya diserahkan saja kepada petugas medis? Ntar takutnya kalau kita coba-coba bantuin malah tambah parah ya.
Ternyata, meskipun kita orang awam, disarankan untuk tahu juga pengetahuan seputar BHD. Hal ini penting diperhatikan agar suatu saat ketika menemukan orang dengan indikasi BHD, kita bisa turut serta mempertinggi angka keselamatan hidup orang tersebut.
Materi tentang BHD disampaikan oleh dr. Satya Ariza. Beliau menjelaskan langkah-langkah BHD yang bisa dilakukan melalui RJP.
Materi berikutnya disampaikan oleh Ibu Endah Emayanti SKM., MSi. Beliau menjabat sebagai Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kota Semarang. Bu Endah menyampaikan urgensi Gasurkes KIA dalam mendukung GIAT.
Apa sih Gasurkes KIA itu?
Gasurkes adalah akronim dari Petugas Survailans Kesehatan. Petugas inilah yang dengan semangat luar biasa menjadi garda terdepan dalam upaya peningkatan keselamatan ibu dan anak. Dinkes Kota Semarang memiliki target mengurangi target kematian ibu menjadi 23 kasus per 100.000 kelahiran hidup nantinya di tahun 2021.
Sungguh bukan target yang mudah ya, mengingat masih banyak masyarakat yang belum aware dengan kesehatan ibu hamil dan melahirkan.
Oleh karena itu dicanangkanlah 4 sekawan program GIAT :
Pada awalnya di tahun 2015 Gasurkes memiliki dua tugas yang harus dilakukan, yaitu pemeriksaan jentik-jentik untuk mencegah DBD dan pendampingan bumil bufas. Mulai tahun 2016 kedua tugas ini telah dipisahkan karena memang sama-sama penting dan butuh ketelitian dalam melakukan survailans pada 2 hal yang berbeda.
Tingginya angka kematian ibu saat melahirkan masih menjadi perhatian utama sehingga Gasurkes KIA masih diperlukan.
Gasurkes KIA merupakan Petugas Survailans Kesehatan yang berfokus pada upaya penurunan Kematian Ibu dan Bayi melalui pendataan dan pendampingan sebagai langkah Promotif dan Preventif Kesehatan dengan honor (UMR) sebagai imbalan pelaksanaan pekerjaan. Di kampung tempat tinggalku, Gasurkes KIAnya rata-rata aktif saat melakukan pendampingan. Bahkan aktivitas untuk mendata bumil dan bufas pun mendapat prioritas.
Pada tahun 2018, Gasurkes KIA telah tersebar di seluruh penjuru Semarang dengan total 180 orang. Perinciannya adalah 173 Gasurkes tingkat kelurahan, 4 orang di kecamatan dan 3 orang di tingkat kota.
Ada berbagai kelebihan yang dimiliki oleh Gasurkes KIA jika dibandingkan dengan tenaga kesehatan yang lain. Pendekatan dari Gasurkes KIA lebih bersifat promotif dan preventif, bukan berupa tindakan kuratif dan rehabilitatif. Ruang lingkupnya pun lebih terfokus pada kesehatan ibu dan anak, bukan lagi pada kesehatan masyarakat secara umum. Kunjungan pun dilakukan secara intesif pada bufas, yaitu pada minggu pertama kelahiran akan dikunjungi tiap hari. Sesudah itu kunjungan dilakukan tiap 3 hari sekali.
Tak hanya aktif di ranah offline secara nyata, Dinas Kesehatan pun tak lupa memberikan porsi yang seimbang dengan membuat beberapa akun sosmed. Hanya saja sepertinya perlu lebih update lagi postingnya. Bisa cek di bawah ini ya :
Konsistensi Dinas Kesehatan dalam memantau kualitas kesehatan bumil dan bufas terbukti dengan turunnya jumlah kematian ibu di tahun 2018 ini.
Tampak dalam grafik di atas, pendataan yang cut off September 2018 terlihat angka kematian ibu kian menurun. Berkat koordinasi dan upaya yang baik di semua sektor, kesehatan masyarakat khususnya ibu melahirkan makin meningkat.
Good job, Dinas Kesehatan Kota Semarang. 👍👌
Setelah paparan dari Bu Endah, materi lalu mengalir ke Bidang Pelayanan Kesehatan Dinkes Kota Semarang. Oleh Bu Lilik Faridah disampaikan ada beberapa program unggulan yang dilaksanakan di bidangnya, yaitu :
Program ini berjalan berdasarkan langkah sebelumnya yaitu diberikannya Jaminan Kesehatan di Kota Semarang dengan berbagai perubahan.
Pada tahun 2008 hingga 2016, pemberian jaminan kesehatan ini berupa program Jaminan Kesehatan Kota Semarang/Kartu Semarang Sehat (Jamkesmaskot/KSS). Baru kemudian pada tahun 2017 program Jamkesmaskot ini terintegrasi dengan data maskin ke JKN KIS BPJS Kesehatan. Di tahun itu pula dilakukan pendampingan terhadap program Jamkesmaskot.
UHC Kota Semarang merupakan komitmen Pemerintah Kota Semarang untuk memberikan jaminan kesehatan kepada penduduk Kota Semarang secara menyeluruh, sehingga dapat mengakses pelayanan kesehatan yang tersedia.
Syarat kepesertaannya sangat mudah. Hanya perlu memiliki KK dan KTP Kota Semarang minimal 6 bulan, juga bersedia mendapatkan pelayanan kesehatan tingkat pertama di Puskesmas se-Kota Semarang dan rumah sakit di kelas 3.
Yaelah, kelas 3 doang??
Hei you... you and you... masih banyak orang yang bahkan hingga hari ini merasakan beratnya biaya hidup sehari-hari. Jangankan untuk berobat, untuk mencukupi makan tiga kali sehari dengan gizi yang memadai saja masih ada yang kesulitan. Lebih baik ikutan sosialisasi UHC ini yuk ke segala lapisan masyarakat daripada nyinyir yang ujung-ujungnya upload di sosmed. Enggak asyik bat kaaann...
Sebenarnya jaminan berobat gratis ini tidak hanya diperuntukkan untuk warga kurang mampu. Semua warga berhak asalkan memenuhi syarat kepesertaan tadi dan merupakan penunggak iuran BPJS dengan detail : menunggak iuran selama 1 bulan untuk pemilik JKN-KIS kelas 3 dan menunggak iuran selama 3 bulan bagi pemilik JKN-KIS yang terdaftar di kelas 1.
Ambulance Sehat dimaksudkan sebagai pelayanan kesehatan yang menjamin kebutuhan masyarakat dalam hal kegawatdaruratan medis. Ambulance Sehat ini dapat dihubungin dalam waktu yang singkat dengan maksud agar bisa memberikan respon dengan cepat.
Apa sih yang dimaksud dengan gawat darurat medis?
Gawat darurat medis mengacu pada keadaan klinis pasien yang membutuhkan tindakan medis segera untuk penyelamatan nyawa. Pelayanan kesehatan ini diperuntukkan bagi seluruh warga yang berada di Kota Semarang.
Adapun alur kerja Ambulance Sehat bisa dilihat dari bagan di bawah ini :
Ambulance Siaga dimaksudkan sebagai layanan ambulan gratis bagi warga Kota Semarang untuk kasus non gawat darurat. Armada ini disediakan untuk mengatasi keterbatasan akses dari rumah ke fasilitas pelayanan kesehatan dan sebaliknya.
Melalui Ambulance Siaga ini Dinas Kesehatan berusaha melakukan upaya penanganan perawatan rumah dengan kriteria tertentu (home care). Untuk intervensi lebih lanjutnya akan diimplementasikan PIS-PK.
Bagi yang membutuhkan layanan Ambulance Siaga, bisa dicatat nih ya lokasi home base mereka :
Program Keluarga Sehat yang berubah menjadi Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK) menitikberatkan pada kunjungan rumah. Tidak hanya sebagai langkah pendataan kesehatan saja, namun juga melakukan intervensi kesehatan perorangan maupun masyarakat.
PIS-PK ini memantau 12 indikator keluarga sehat yang bertitik berat pada program gizi, kesehatan ibu dan anak, pengendalian penyakit menular dan tidak menular, serta perilaku dan kesehatan lingkungan.
Untuk PIS-PK ini masih banyak PR dari Dinas Kesehatan, ada beberapa kelurahan yang belum terdata. Semoga pada 2019 nanti PR ini bisa diselesaikan dan kondisi kesehatan masyarakat bisa terpantau dan terpetakan dengan akurat.
Oya, PIS-PK pun mengikuti perkembangan jaman lhooo... saat ini sedang dikembangkan aplikasi kesehatan. Silakan bisa dibuka melalui link www.dinkes.semarangkota.go.id/pispk dan lakukan koordinasi dengan puskesmas setempat untuk mendapatkan user name dan password.
Pustaka dimaksudkan sebagai inovasi Dinas Kesehatan untuk mempercepat pelayanan di Puskesmas. Untuk berobat, kita hanya perlu melakukan pendaftaran melalu SMS atau WA.
Tak beda jauh dengan pelayanan kesehatan yang sudah dilakukan oleh banyak rumah sakit, kini untuk berobat ke Puskesmas pun bisa dilakukan dengan cepat dan tanpa antrian. Untuk nomor WA maupun SMSnya akan kutambahkan ya setelah mendapatkan informasi lebih lanjut dari Dinas Kesehatan. Lupa nyatet nih waktu itu, maafkan...
Semoga dengan adanya berbagai program kesehatan yang telah dicanangkan oleh Dinas Kesehatan, Semarang yang lebih baik dapat tercipta. Sebagai warga Semarang, aku ikut bangga dengan pencapaian yang telah diraih oleh Dinas Kesehatan Kota Semarang ini.
Yuuukk... bagi warga Kota Semarang, kita jaga kesehatan mulai dari diri sendiri dan bantu masyarakat sekitar yang membutuhkan dengan memanfaatkan fasilitas kesehatan yang telah ditawarkan oleh Dinas Kesehatan Kota Semarang.
Catatan :
* Semua diagram dan foto presentasi milik Dinas Kesehatan Kota Semarang
- Dangerous. Ketika menolong seseorang, yang patut kita perhatikan adalah prinsip untuk tidak menambah korban. Korban di sini maksudnya adalah kita sendiri sebagai pihak yang menolong.
Kita jangan sampai menjadi korban berikutnya. Untuk itu perlu melakukan proteksi diri. Perhatikan lingkungan sekitar dan jaga keselamatan diri. Prinsip dalam memberikan pertolongan pertama adalah jangan sampai ada cedera tambahan lagi. - Respon. Langkah yang kedua, kita perlu cek kondisi korban dengan cara menggoncangkan bahunya. Kita lihat reaksinya.
- Shout / code blue. Jika sekiranya tidak ada respon dan amat butuh pertolongan, kita bisa berteriak untuk meminta bantuan.
- Circulation. Pada tahap ini yang dilakukan adalah meraba denyut nadi.
- Airway. Melakukan tahapan untuk memompa oksigen agar masuk ke dalam pembuluh darah. Dihitung nadi carotisnya dalam waktu tak lebih dari 10 detik. Jika tak ada denyut, butuh RJP segera. Adapun jika masih terdeteksi detak nadinya, bisa dilakukan napas buatan tanpa RJP.
- Breathing. Pemeriksaan jalan napas bisa dilakukan dengan beberapa cara. Bisa dengan metode head tilt, chin lift, dan jaw thrust.
![]() |
![]() |
Praktek Bantuan Hidup Dasar : napas bantuan disertai RJP |
![]() |
Praktek Manuver Heimlich untuk menolong korban dengan kondisi sadar |
GIAT (Gerakan Ibu dan Anak Sehat) bersama Gasurkes KIA
Materi berikutnya disampaikan oleh Ibu Endah Emayanti SKM., MSi. Beliau menjabat sebagai Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kota Semarang. Bu Endah menyampaikan urgensi Gasurkes KIA dalam mendukung GIAT.
![]() |
Bu Endah Ermayanti, Kabid Kesehatan Masyarakat Dinkes Kota Semarang |
Apa sih Gasurkes KIA itu?
Gasurkes adalah akronim dari Petugas Survailans Kesehatan. Petugas inilah yang dengan semangat luar biasa menjadi garda terdepan dalam upaya peningkatan keselamatan ibu dan anak. Dinkes Kota Semarang memiliki target mengurangi target kematian ibu menjadi 23 kasus per 100.000 kelahiran hidup nantinya di tahun 2021.
Sungguh bukan target yang mudah ya, mengingat masih banyak masyarakat yang belum aware dengan kesehatan ibu hamil dan melahirkan.
Oleh karena itu dicanangkanlah 4 sekawan program GIAT :
- Dinas Kesehatan di tingkat masyarakat. Dalam lingkup ini, Dinkes melaksanakan : (1) Pendampingan ibu hamil dan ibu nifas dengan fasilitator Gasurkes, (2) Ambulance Hebat, (3) UHC (Universal Health Coverage) berupa penyediaan BPJS gratis dengan fasilitas kelas 3 bagi mereka yang tidak mampu, (4) Optimalisasi pendampingan bumil dan bufas melalui FKK, (5) JAMPERSAL untuk pembiayaan kesehatan.
- Dinas Kesehatan dengan organisasi profesi. Dinkes berkolaborasi dengan Ikatan Bidan Indonesia (IBI) dan Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI).
- Dinas Kesehatan dengan Puskesmas. Pada tahapan ini Dinkes melakukan supervisi fasilitatif, pembinaan Puskesmas PONED (Pelayanan Obstetri Neonatus Essensial Dasar), dan pembinaan Bikor (Bidan Koordinator).
- Dinas Kesehatan dengan rumah sakit. Dinkes melakukan berbagai kesepakatan dengan rumah sakit, MOU dengan RS PONEK (Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif), menyampaikan feedback kepada rumah sakit maupun memberikan teguran apabila terjadi hal-hal yang kurang baik.
Jika Dinas Kesehatan sudah memiliki 4 program andalan GIAT tadi, mengapa masih perlu ada Gasurkes KIA?
Pada awalnya di tahun 2015 Gasurkes memiliki dua tugas yang harus dilakukan, yaitu pemeriksaan jentik-jentik untuk mencegah DBD dan pendampingan bumil bufas. Mulai tahun 2016 kedua tugas ini telah dipisahkan karena memang sama-sama penting dan butuh ketelitian dalam melakukan survailans pada 2 hal yang berbeda.
Tingginya angka kematian ibu saat melahirkan masih menjadi perhatian utama sehingga Gasurkes KIA masih diperlukan.
Gasurkes KIA merupakan Petugas Survailans Kesehatan yang berfokus pada upaya penurunan Kematian Ibu dan Bayi melalui pendataan dan pendampingan sebagai langkah Promotif dan Preventif Kesehatan dengan honor (UMR) sebagai imbalan pelaksanaan pekerjaan. Di kampung tempat tinggalku, Gasurkes KIAnya rata-rata aktif saat melakukan pendampingan. Bahkan aktivitas untuk mendata bumil dan bufas pun mendapat prioritas.
Pada tahun 2018, Gasurkes KIA telah tersebar di seluruh penjuru Semarang dengan total 180 orang. Perinciannya adalah 173 Gasurkes tingkat kelurahan, 4 orang di kecamatan dan 3 orang di tingkat kota.
Ada berbagai kelebihan yang dimiliki oleh Gasurkes KIA jika dibandingkan dengan tenaga kesehatan yang lain. Pendekatan dari Gasurkes KIA lebih bersifat promotif dan preventif, bukan berupa tindakan kuratif dan rehabilitatif. Ruang lingkupnya pun lebih terfokus pada kesehatan ibu dan anak, bukan lagi pada kesehatan masyarakat secara umum. Kunjungan pun dilakukan secara intesif pada bufas, yaitu pada minggu pertama kelahiran akan dikunjungi tiap hari. Sesudah itu kunjungan dilakukan tiap 3 hari sekali.
Tak hanya aktif di ranah offline secara nyata, Dinas Kesehatan pun tak lupa memberikan porsi yang seimbang dengan membuat beberapa akun sosmed. Hanya saja sepertinya perlu lebih update lagi postingnya. Bisa cek di bawah ini ya :
Twitter : @halobumil
Facebook : Halo Bumil Kota Semarang
Instagram : @halobumil_semarang
Konsistensi Dinas Kesehatan dalam memantau kualitas kesehatan bumil dan bufas terbukti dengan turunnya jumlah kematian ibu di tahun 2018 ini.
Tampak dalam grafik di atas, pendataan yang cut off September 2018 terlihat angka kematian ibu kian menurun. Berkat koordinasi dan upaya yang baik di semua sektor, kesehatan masyarakat khususnya ibu melahirkan makin meningkat.
Good job, Dinas Kesehatan Kota Semarang. 👍👌
Program Unggulan Bidang Pelayanan Kesehatan
Setelah paparan dari Bu Endah, materi lalu mengalir ke Bidang Pelayanan Kesehatan Dinkes Kota Semarang. Oleh Bu Lilik Faridah disampaikan ada beberapa program unggulan yang dilaksanakan di bidangnya, yaitu :
1. Universal Health Coverage (UHC)
Program ini berjalan berdasarkan langkah sebelumnya yaitu diberikannya Jaminan Kesehatan di Kota Semarang dengan berbagai perubahan.
Pada tahun 2008 hingga 2016, pemberian jaminan kesehatan ini berupa program Jaminan Kesehatan Kota Semarang/Kartu Semarang Sehat (Jamkesmaskot/KSS). Baru kemudian pada tahun 2017 program Jamkesmaskot ini terintegrasi dengan data maskin ke JKN KIS BPJS Kesehatan. Di tahun itu pula dilakukan pendampingan terhadap program Jamkesmaskot.
UHC Kota Semarang merupakan komitmen Pemerintah Kota Semarang untuk memberikan jaminan kesehatan kepada penduduk Kota Semarang secara menyeluruh, sehingga dapat mengakses pelayanan kesehatan yang tersedia.
Syarat kepesertaannya sangat mudah. Hanya perlu memiliki KK dan KTP Kota Semarang minimal 6 bulan, juga bersedia mendapatkan pelayanan kesehatan tingkat pertama di Puskesmas se-Kota Semarang dan rumah sakit di kelas 3.
Yaelah, kelas 3 doang??
Hei you... you and you... masih banyak orang yang bahkan hingga hari ini merasakan beratnya biaya hidup sehari-hari. Jangankan untuk berobat, untuk mencukupi makan tiga kali sehari dengan gizi yang memadai saja masih ada yang kesulitan. Lebih baik ikutan sosialisasi UHC ini yuk ke segala lapisan masyarakat daripada nyinyir yang ujung-ujungnya upload di sosmed. Enggak asyik bat kaaann...
Sebenarnya jaminan berobat gratis ini tidak hanya diperuntukkan untuk warga kurang mampu. Semua warga berhak asalkan memenuhi syarat kepesertaan tadi dan merupakan penunggak iuran BPJS dengan detail : menunggak iuran selama 1 bulan untuk pemilik JKN-KIS kelas 3 dan menunggak iuran selama 3 bulan bagi pemilik JKN-KIS yang terdaftar di kelas 1.
2. Ambulance Hebat
Ambulance Sehat dimaksudkan sebagai pelayanan kesehatan yang menjamin kebutuhan masyarakat dalam hal kegawatdaruratan medis. Ambulance Sehat ini dapat dihubungin dalam waktu yang singkat dengan maksud agar bisa memberikan respon dengan cepat.
Apa sih yang dimaksud dengan gawat darurat medis?
Gawat darurat medis mengacu pada keadaan klinis pasien yang membutuhkan tindakan medis segera untuk penyelamatan nyawa. Pelayanan kesehatan ini diperuntukkan bagi seluruh warga yang berada di Kota Semarang.
Adapun alur kerja Ambulance Sehat bisa dilihat dari bagan di bawah ini :
3. Ambulance transport Siaga
Ambulance Siaga dimaksudkan sebagai layanan ambulan gratis bagi warga Kota Semarang untuk kasus non gawat darurat. Armada ini disediakan untuk mengatasi keterbatasan akses dari rumah ke fasilitas pelayanan kesehatan dan sebaliknya.
Melalui Ambulance Siaga ini Dinas Kesehatan berusaha melakukan upaya penanganan perawatan rumah dengan kriteria tertentu (home care). Untuk intervensi lebih lanjutnya akan diimplementasikan PIS-PK.
Bagi yang membutuhkan layanan Ambulance Siaga, bisa dicatat nih ya lokasi home base mereka :
- Puskesmas Ngaliyan (Kecamatan Tugu dan Ngaliyan)
- Puskesmas Gunungpati (Mijen dan Gunungpati)
- Puskesmas Manyaran (Semarang Barat dan Gajah Mungkur)
- Puskesmas Poncol (Semarang Utara dan Semarang Tengah)
- Puskesmas Ngesrep (Banyumanik dan Candisari)
- Puskesmas Tlogosari (Pedurungan dan Genuk)
- Puskesmas Rowosari (Tembalang dan Semarang Selatan)
- Puskesmas Gayamsari (Gayamsari dan Semarang Timur)
Wah, ternyata di wilayah kecamatan tempat aku tinggal ada juga ya Ambulance Siaga. Malah belum tau nih. Bisa jadi para tetangga banyak yang belum tau juga ya. PR banget nih untuk berbagi informasi dengan mereka semua.
Hingga saat ini Ambulance Siaga didukung oleh sumber daya manusia yang terdiri dari 8 orang dokter, 15 orang perawat, 6 orang bidan, 21 orang operator dan 24 orang driver. Semua sumber daya manusia ini akan melayani masyarakat yang membutuhkan terkait dengan pengantaran pasien maupun perawatan di rumah dengan kriteria tertentu.
4. Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK)
Program Keluarga Sehat yang berubah menjadi Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK) menitikberatkan pada kunjungan rumah. Tidak hanya sebagai langkah pendataan kesehatan saja, namun juga melakukan intervensi kesehatan perorangan maupun masyarakat.
PIS-PK ini memantau 12 indikator keluarga sehat yang bertitik berat pada program gizi, kesehatan ibu dan anak, pengendalian penyakit menular dan tidak menular, serta perilaku dan kesehatan lingkungan.
Untuk PIS-PK ini masih banyak PR dari Dinas Kesehatan, ada beberapa kelurahan yang belum terdata. Semoga pada 2019 nanti PR ini bisa diselesaikan dan kondisi kesehatan masyarakat bisa terpantau dan terpetakan dengan akurat.
Oya, PIS-PK pun mengikuti perkembangan jaman lhooo... saat ini sedang dikembangkan aplikasi kesehatan. Silakan bisa dibuka melalui link www.dinkes.semarangkota.go.id/pispk dan lakukan koordinasi dengan puskesmas setempat untuk mendapatkan user name dan password.
5. Puskesmas Tanpa Antrian Kota Semarang (Pustaka)
Pustaka dimaksudkan sebagai inovasi Dinas Kesehatan untuk mempercepat pelayanan di Puskesmas. Untuk berobat, kita hanya perlu melakukan pendaftaran melalu SMS atau WA.
Tak beda jauh dengan pelayanan kesehatan yang sudah dilakukan oleh banyak rumah sakit, kini untuk berobat ke Puskesmas pun bisa dilakukan dengan cepat dan tanpa antrian. Untuk nomor WA maupun SMSnya akan kutambahkan ya setelah mendapatkan informasi lebih lanjut dari Dinas Kesehatan. Lupa nyatet nih waktu itu, maafkan...
Semoga dengan adanya berbagai program kesehatan yang telah dicanangkan oleh Dinas Kesehatan, Semarang yang lebih baik dapat tercipta. Sebagai warga Semarang, aku ikut bangga dengan pencapaian yang telah diraih oleh Dinas Kesehatan Kota Semarang ini.
Yuuukk... bagi warga Kota Semarang, kita jaga kesehatan mulai dari diri sendiri dan bantu masyarakat sekitar yang membutuhkan dengan memanfaatkan fasilitas kesehatan yang telah ditawarkan oleh Dinas Kesehatan Kota Semarang.
Catatan :
* Semua diagram dan foto presentasi milik Dinas Kesehatan Kota Semarang